17 Januari 2017


Hari ini sebetulnya rencana awal gue adalah ke taman rusa sama sarno. Tapi karna sarnonya menghilang tiba-tiba tanpa kabar berita, alhasil gue jadi pergi sama tambor. Gue bersyukur hari ini gue ga jadi pergi sama sarno. Mungkin kalo gue jadi pergi sama dia, gue ga akan nemuan hal menarik kayak yang gue sama tambor temuin.

Gue diajak tambor ke daerah sumber agung, sebetulnya kami Cuma ke lapangan yang ada diatas bukit yang ada didaerah kemiling. Berhubung tambor sibuk foto-foto sendiri, alhasil gue ngeksplore daerah itu seorang diri. Gue berkeliaran dan gue menemukan beberapa anak kecil yang lagi bermain. Yang menarik adalah, mereka memainkan permainan yang tak lazim. Tiga orang diantara mereka berperilaku seperti orang kesurupan. Lekak lekuk tubuh mereka bersis mengikuti jaran kepang dan pergerakan tubuhnya itu lentur seperti sudah terbiasa memainkan permainan itu.

Gue : halo.
Beberapa dari mereka : halo juga kak.
Gue : kenal dong kenalan. Siapa namanya?
Mereka : menyebutkan namanya satu-satu, ada anindiya, vera, anang dan beberapa gue lupa karena mereka setengah sadar.
Gue : itu kenapa kok temennya begitu?
Vera : Iya kak mereka lagi mabok.
Gue : mabok? Mabok gimana maksudnya?
Vera : kakak liat kalungnya. Mereka itu biasa jadi jaranan kak. Jadi mereka ga sadar.
Gue : masa sih dek? Terus nyembuhinnya gimana?
Vera : ya dibaca-bacain gitu kak.
Anindya : tapi hati-hati kak, permintaan mereka kadang-kadang suka aneh-aneh. Malah kadang makan beling, makan rumput, kadang nyanyi-nyanyi gitu.
Gue : kok serem sih? Orangtua kalian ga marah kalian main kayak gini?
Anindya : engga kak. Kan udah biasa. Malahan dikasih kalung penangkalnya.

Dari situ gue penasaran dan gue perhatiin setiap gerak mereka. Saking asiknya gue memperhatikan mereka dan mengobrol dengan beberapa orang diantara mereka, gue sampe lupa kalo gue kesitu sama kak tambor. Mereka ramah sekali dan mereka ga malu untuk cerita keseharian mereka sama gue. Mulai dari permainan apa aja yang sering mereka mainkan, sampai dimana sekolah dan tempat tinggal mereka. Mereka juga bercerita kalau setiap malam mereka ngaji, dan setiap sore mereka pasti bermain dilapangan itu.

Tempat kami bertemu tempat yang cukup jauh dari tempat tinggal gue, dan memang agak pelosok karna diatas bukit. Pemandangan disana suer deh indah. Dengan pemandangan bukit, sawah, ada sedikit asap, rumput yang bergoyang karena hembusan angin yang cukup kencang, dan dengan disisipkan suara anak-anak kecil yang sedang bermain sore itu. Mereka juga cerita setiap 17 agustusan disana selalu ramai perlombaan yang mereka sukai.

Kebanyakan menggambarkan situasinya, sampe lompat deh ceritanya kan? Ngomong-ngomong kemana kak tambor? Akhirnya gue memutuskan ngajak adik-adik itu untuk nyari kak tambor. Yups. Tebakan gue benar dong, doi sibuk dah foto-foto. Dia udah ga sadar lagi gue kemana dan malah cuek aja foto-foto sendiri hmmm.

Setelah gue menemukan kak tambor, gue ajak doi untuk main bareng adik-adik itu. Gue main ular naga sama anak-anak cewe dan kak tambor masih sibuk dengan kamera yang kami bawa. Dasar banci kamera huh.

Sistem permainan ular naganya tuh gini : dua orang menjulurkan tangannya masing-masing kedepan membentuk seperti terowongan, dan yang lainnya berbaris melewati terowongan itu sampai lagu berhenti. Ketika lagu berhenti, terowongan itu menutup dan menangkat satu orang didalam terowongan. Yang tertangkap, dia akan mendapat hukuman. Dan hukuman yang kami tentukan adalah menyanyikan lagu wajib nasional. Luar biasa dan ketika yang mendapat hukuman bernyanyi, yang lainnya pun ikut bernyanyi karena mereka juga hafal lagunya. Sudah jarang gue denger anak-anak jaman sekarang khususnya anak-anak kecil yang hafal lagu wajib, dan tidak malu menyanyikan lagu itu dengan lantang dan penuh semangat. Yang gue temui dipusat kota adalah anak-anak sekarang sudah terkontaminasi dengan lagu orang dewasa dan lagu tentang cinta.

Bukan hanya itu, tadi juga mereka bilang kalau diantara mereka ada yang lagi pdkt alias pendekatan. Bayangkan anak sd kelas empat dan lima sudah paham mengenai pacaran. Kebudayaan timur sudah banyak digeser dengan kebudayaan barat, dan kebudayaan islam banyak yang dihancurkan oleh kebudayaan barat.

Yang membuat gue miris adalah pertama, mereka memainkan permainan yang menurut gue bahaya karena dengan mata kepala gue sendiri gue lihat salah satu teman mereka yang katanya ga sadar itu benar-benar makan beling dan rumput dan itu malah menjadi hal yang biasa saja menurut mereka. Kedua adalah ketika umur segitu, seharusnya mereka bisa menikmati masa bermainya dan saling menyayangi sesamanya sebagai seorang teman dan sahabat dengan siapa saja tanpa harus dinodai dengan pemahaman bahwa ketika mereka udah sayang sama teman lawan jenis berarti mereka suka/sayang untuk dijadikan pacar. Dan ketiga adalah ketika gue mendengar bahasa mereka yang sangat tidak patut diucapkan bukan hanya untuk anak-anak tapi untuk semua kalangan. Bukan berarti mereka tidak friendly, hanya saja bahasa mereka sedikit tidak sopan.


Yah, cerita gue berakhir disini. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Birthday 27

Mulai Hidup Baru

Holiday part 2 - Jakarta