17 Agustus 2013

Berawal dari pengalaman pribadi gue yang setiap tanggal 17 Agustus gue sering banget gak mau berangkat kesekolah cuma untuk upacara tujuh belasan. Bisa dibilang hampir setiap tanggal 17 agustus gue sangat amat menghindari dan sebisa mungkin jangan sampai gue ke luar rumah. Alasan pertama karena ini hari libur jadi gue punya banyak kesempatan untuk menghabiskan waktu libur gue untuk beristirahat total. Dan alasan kedua yang sebenarnya adalah alasan utama karena setiap tanggal 17 agustus pasti ada acara upacara disekolah dan gue males banget meluangkan waktu gue dan beranjak dari kamar kesanyangan gue hanya untuk upacara. Bener-bener bukan contoh yang baik teman. Gue harap sih cuma gue aja orang dibumi ini yang merayakan hari kemerdekaan Negara tercintanya dengan bermalas-malasan tanpa semangat kebangsaan untuk sekedar menghormati sejarahnya. Menurut pandangan dan pemikiran gue sih, upacara itu cuma sebagai syarat aja kita menghormati tanggal kelahiran Negara tercinta ini. Cara menghormati yang lebih tepat adalah dengan tidak melupakan sejarah yang pernah terjadi dan tetap mengamalkan nilai-nilai sosial dan kebudayaan yang telah ada sejak jaman nenek moyang serta menjaga dengan baik peninggalan dari jaman dahulu yang masih ada sekarang. Gak lupa juga ya untuk mendoakan arwah senior perjuangan kita terdahulu yang sudah duluan menghadap sang ilahi dengan mengorbankan jiwa dan raganya untuk membela tanah air tercintanya.

Yups bener banget. Jadi kayaknya gue mikir dua kali deh untuk beranjak dari kasur hanya untuk upacara. Tapi semua itu berbeda untuk tahun ini. Ini dunia kampus dan gue udah gak bisa seenak gue lagi untuk ijin atau pura-pura sakit biar gue bisa menghindari upacara tujuh belasan. Buat gue upacara apapun itu adalah sebuah mimpi buruk bahkan untuk upacara kematian itu pun adalah mimpi terburuk yang gak akan pernah mau gue hadapi. Tahun ini mau gak mau, ikhlas gak ikhlas gue harus rela bangun pagi-pagi, berseragam putih hitam rapih dan lengkap dengan segala perlengkapannya hanya untuk mengikuti acara upacara tujuh belasan dikampus. Berhubung sekarang gue adalah mahasiswi baru dikampus jadi gue harus banyak-banyak pasang muka sama senior gue dan bisa dapat niat plus dari para senior buat jaga-jaga biar gue gak dikerjain habis-habisan sama senior gue waktu nanti ospek. Dan siapa tau gue juga bisa dapat poin tambahan dari dosen gue sebagai mahasiswi baik dan tertib aturan. Yaaa semoga saja deh.

Semua siap dan gue pun berangkat dengan mata gue yang masih setengah ngantuk, badan yang masih belum ada tenaga dan rasanya setelah sampe dilapangan upacara gue gak mau turun dari mobil dan melepaskan pelukan hangat ini dari bantal kesayangan gue yang selalu gue bawa kemanapun gue pergi. Perhatian-perhatian ini bukan contoh generasi yang baik!! Tolong jangan dicontoh ya teman-teman! Hehe.
Barisan siap, petugas siap, dan perlengkapan pun sudah siap. Akhirnya acara upacara tujuh belasan dimulai. Gue masih sibuk aja dengan segala peralatan yang gue bawa dan buat gue jadi orang paling ribet diantara kerumunan orang yang ada. Rasanya gue udah kayak manusia aneh dengan peralatan gak penting nyasar ditempat yang gak tau apa namanya terus tiba-tiba digerebek sama alien dari planet mars. Oh gak banget deh.

Selama upacara berlangsung gue cukup bosan karena gue jadi bahan tontonan sebagian orang disekitar gue. Gue juga gak ngerti apa yang mereka perhatiin dari gue. Dan gue rasa juga gak ada yang aneh dari segi pakaian gue. Sampe akhirnya teman baru gue sesama fakultas teknik ngomong ke gue.

"Rum lo itu sadar gak sih daritadi lo diliatin terus?".

"Sadar banget malah dep. Emang apasih yang salah dengan gue?" tanya gue balik.

"Bukan lo yang salah, tapi barang-barang bawaan lo itu yang salah. Lo itu mau upacara rum malah bawa kantong ajaibnya doraemon." Lukas depi lagi.

"Loh kok gitu sih dep? Apa yang salah?" tanyaku lagi pada depi dengan muka merah karna kepanasan dan dengan ekspresi datar serta heran.

"Ya bawaan lo itu gue rasa paling lengkap. Mulai dari tissue, obat mag, minyak angin, kipas, minum, makanan ringan, tissue basah, sampe kantong kresek dan peralatan gadget lengkap banget. Kenapa gak sekalian seisi rumah lo bawa sih? Lo itu mau upacara apa mau piknik sebenernya?".

"Ya ini semua penting kok lihat saja nanti."

"Oke-oke gue nyerah debat sama lo." sambil tertawa kecil depi mengelus kepala gue.
Masih dengan keadaan bingung gue tetap memperhatikan dan mengikuti jalannya upacara dengan baik sampai akhirnya ada salah satu mahasiswi yang tepat berada beberapa barisan dibelakang gue sudah hampir pingsan dengan muka sangat pucat dan bibirnya putih kayak orang mati. Lekas depi menoleh kearah gue dan menyuruh gue untuk mengeluarkan semua isi tas yang gue pegang terus dari gue masih dirumah sampai sekarang. Barangkali kan ada yang diperlukan.

"Dep lo ini aneh. Malu dong gue kalo seisi tas gue mau dikeluarin semua? Lagian darimana coba mereka tau kalo isi tas gue ini lengkap banget?".

"Lo itu lupa nutup tas lo makanya mereka bisa lihat isi tas lo!!".

"Astaga malu banget dong gue dep." Sambil pasang muka merengut.

"Ih sekarang gak ada waktunya buat pasang muka kayak begitu, keluarin barang-barang lo sekarang juga. Apa lo mau nyimpen barang-barang lo itu dan baru lo keluarin setelah orang itu pingsan duluan?" saut depi kesal.

Dengan sigap gue langsung nawarin kemahasiswi baru itu peralatan yang gue bawa diantaranya minyak angin, tissue, minum, dan barang-barang yang gue pikir dia memerlukannya. Tapi malah nasib sial yang gue dapet. Bukannya diambil kok dia malah ketawa? Bahkan mahasiswa & mahasiswi baru yang saat itu ikut upacara dan berbaris gak jauh dari gue ikut tertawa kecil. Malah ada yang hampir ketawa ngakak ngeliat tingkah gue.

"Apasih yang lucu? Tuh kan dep apa gue bilang? Gak lagi deh bawa barang-barang kayak gini."

"Ya gak apa, rum. Biarpun orang gak membutuhkan. Mungkin lain kali lo sendiri yang lebih membutuhkan. Udah deh jangan pikirin omongan atau tanggapan dari orang lain. Kesadaran diri lo bagus kok. Ya namanya juga antisipasi. Gak ada salahnya juga toh?" depi berusaha menahan kekesalan yang gue rasakan sambil sesekali dia terlihat menahan ketawa.

"Makasih ya dep" ucapan dengan nada manja dan senyuman manis, gak lupa lontarkan untuk depi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Birthday 27

Mulai Hidup Baru

Holiday part 2 - Jakarta