Trend Masa Kini Orangtua Sosialita
Sebetulnya yang jadi kebiasaan ibu-ibu yang menyebalkan adalah ketika membeli (kita ambil contoh) baju, sudah dapet satu yang cocok, masih berkeliling mencari yang lebih cocok. Bisa satu, dua, tiga tempat atau mungkin lebih yang dikunjungi, tapi ujung-ujungnya kembali ke tempat yang pertama. Kalau memang udah jatuh hati kenapa harus mencari lagi, kan? Tidak efisien waktu dan tenaga huft 😫
Problem kedua sekarang adalah maraknya trend selfie bukan hanya dikalangan anak muda tapi juga orangtua. Hampir disetiap tempat yang menurut mereka itu momen, sudah pasti langsung mengeluarkan handphone atau gadget kemudian cekrek (hasilnya hampir dua puluh foto dengan pose yang sama). Oh come on, ini bisa jadi bumerang untuk kita sendiri. Mungkin saja orang yang tadinya tidak berniat, dia bisa tiba-tiba ada niat jahat karena melihat foto dan status kita. Ambil contoh, gue pernah menemukan ibu-ibu selfie sama anaknya didalam bank terus update status di bbm. (PLEASE DONT TRY THIS). Mungkin niatnya cuma iseng tapi tanpa disadari, hal sepele seperti itu bisa membahayakan diri kita sendiri. Contoh kedua, sekarang kan lagi trendnya snapgram tuh, terus karna kalian mungkin pengen kasih tau temen kalian, terus kalian buat snapgram sambil nyupir, kalian jadi ga fokus kedepan dan ini sangat tidak disarankan. "Emang ada ces? Kayaknya ga mungkin banget deh.". Jangan salah, sekarang itu jamannya semua hal dilakukan termasuk yang membahayakan hanya untuk mempertahankan eksistensi didunia maya. Nah yang disalahgunakan sekarang adalah ibu-ibu hits hobi banget pamer foto lagi dimobil, dengan perhiasannya, lagi hangout dengan teman-teman berkelasnya, dan lain sebagainya. "Ces, biarin aja kenapa sih? Repot amat ngurusin orang. Hidup mereka ini.". Duh please, guys. /gue cuma kasian dan miris aja kalau medsos disalahgunakan. Gue pernah hampir diculik gara-gara hal kayak begitu. "Itu lo juga pernah kayak gitu. Biarin aja sih ntar mereka juga berubah sendiri.". Gue cuma ga mau kejadian yang sama dengan gue menimpa oranglain. Itu aja TITIK.
Ketiga, bukan ga boleh ibu-ibu jadi gaul atau hits. Tapi kebanyakan sekarang adalah, mereka jadi mencontohkan hal yang tidak seharusnya kepada anak-anaknya. Misalkan, ibu itu adalah madrasah pertama anaknya. Kalau dari awal si anak sudah dibiasakan dengan gadget (terbiasa karena dengan sengaja diajarkan atau karena melihat), kebiasaan itu kan pasti terbawa sampai besar. Resikonya apa? Anak kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Kurangnya komunikasi anak dan orangtua karena masing-masing sibuk dengan gadgetnya, alhasil kedekatan antara anak dan orangtua berkurang karena si anak lebih memilih bermain dengan gadgetnya dibanding kegiatan edukasi yang menggunakan pergerakan fisik dengan orangtuanya (seperti bercerita dengan boneka tangan, bercocok tanam, memasak, dan lainnya).
Keempat, buat ibu-ibu yang sering berada diluar rumah (kecuali karena pekerjaan) tolong memperhatikan bagaimana perasaan anaknya (curhat). Bayangin, ketika si anak pulang ke rumah tidak ada ayahnya karena bekerja, ibunya juga ternyata tidak ada, padahal dengan bahagia si anak pulang kerumah karena ingin bermain atau hanya sekedar bertegur sapa dengan orangtuanya. Atau mungkin yang dilihatnya hanya seorang pembantu rumah tangga (diusahakan dihindari). Karena ada kemungkinan si anak akan lebih dengan kepada pembantu rumah tangga tersebut (ikatan emosional). "Dimana-mana emosional orangtua dengan anak itu lebih kuat lah ces.". Ya memang, tapi bisa saja berubah. Kita ambil contoh lagi, si anak pulang ke rumah dengan perasaan kesal atau marah, atau sedih. Dalam keadaan seperti itu, seharusnya para orangtua bisa mengambil momen untuk menambah kedekatan dengan si anak. Tapi karena orangtua sibuk diluar, si anak pun mencari tempat lain untuk mencurahkan perasaannya. Masih mending kalau si anak curhat sama pembantu rumah tangganya. Nah kalau ternyata si anak lebih suka mencurahkan perasaannya diluar rumah, bagaimana? Bisa jadi itu menjadi penyebab si anak mulai terjerumus kehal negatif dalam pergaulan.
Kelima, wahai para orangtua jangan batasi kemauan anak hanya karena kemauan kalian sendiri atau karena persaingan kalian dengan teman sosialita kalian. "Maksudnya?". Si anak pengen banget jadi seorang fotografer, tapi kalian mengarahkan si anak untuk menjadi notaris atau pengacara karena anak teman kalian banyak disitu atau karena pekerjaannya bergengsi.Yang perlu diingat, Allah melihatmu bukan dari seberapa tinggi jabatanmu atau seberapa hebat pekerjaanmu. Arahkan si anak sesuai keinginan dan kemampuan mereka. Karena biasanya apa yang di inginkan, akan dikerjakan lebih serius dan dengan hati yang senang.
Dah itu aja.
Komentar
Posting Komentar