Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2017

Gudang Lelang, 23 Juli 2017

Gambar
Foto ini diambil waktu gue lagi jalan-jalan ke gudang lelang sama Mas Dhani dan teman-temannya. Kira-kira foto diambil sekitar pukul 5 (lima sore). Niatnya sih memang cari objek human interest (salah satu genre fotografi) dan karena perginya rame-rame dan gue paling ga bisa noh yang namanya ngambil foto rame-rame, jadinya ga banyak momen yang ditangkap sama kamera gue. Terus gue ngapain? Gue malah sibuk memperhatikan temen-temen gue ngabadikan momen yang ada 😆 Foto diatas menggambarkan beberapa pengunjung yang sedang mencari ikan. Berhubung yang mau gue tangkap adalah mataharinya, jadi gue ga terlalu fokuskan gambar ke orang difoto tersebut. Jangan salahkan angle, seni itu tidak ada yang salah dan benar. Setiap orang punya pandangannya sendiri terkait sebuah hasil seni. Dan masalah miringnya gambar/foto, maafkan gue masih dalam proses belajar. Difoto yang kedua ini, ada seorang bapak dan kedua anaknya yang sedang menikmati senja dipinggir pelabuhan. Ces, ga ada jarak banget

Jadi bisa apa?

Jadi ceritanya sore ini gue main ke masjid sepulang kuliah karena ingin lihat anak-anak kecil ngaji. Terus ada yang nanya sama gue, “Umi, kok kerudung umi panjang banget?”. Gue diem dan gue berfikir sejenak gimana gue jawab pertanyaan mereka. Kalau gue bilang, “seharusnya memang seperti ini” kan ga mungkin. Nanti sampai rumah mereka ngomen ibu mereka atau saudara perempuan mereka untuk pake jilbab besar. Ya sebetulnya baik sih, tapi nanti gue disangka ajaran aneh-aneh. Apalagi buat masyarakat jaman sekarang yang serba mengikuti trend, mengenakan jilbab panjang dan besar menjadi sesuatu yang tidak biasa. Dulu gue adalah seorang gadis yang tomboy. Kemanapun memakai celana jeans, sepatu kets, dan kemeja atau kaos. Kemudian gue kena sentil sama Allah hihi. Allah membuka mata gue untuk melihat lebih dalam mengenai islam. Akhirnya gue ya sedikit-sedikit berubah jadi power puff girl. Eh jadi lebih baik, insyaAllah. Ya meskipun masih sedikit gacor diucapan hihi. Dan itu membuat keluarga g

Mendung di langit Kotaku 4

Gue terlahir dari keluarga sederhana di tengah padatnya penduduk ibu kota. Hari – hari gue berjalan seperti pada umumnya remaja usia 19 tahun. Tapi mungkin ada yang membedakan. Mereka bahagia sedangkan gue, tidak. Bukan karena materi atau kasih sayang, tetapi karena sesuatu yang gue sebut keyakinan. Gue tumbuh dimana, orangtua gue kurang mengajarkan tentang agama. Mengerjakan yang kurang gue yakini. Terperosok dalam pergaulan jaman sekarang. Glamor, bebas, dan tidak mau di atur. Setengah dari anggota keluarga gue beragama Islam, dan setengah lagi beragama Kristen. Suatu ketika gue ngerasa hampa. Apapun yang gue mau, semua terpenuhi. Apapun yanggue inginkan, bebas gue lakukan. Gue tetap tidak bahagia. Maka, gue putuskan, “Gue, harus mencari Tuhan !” Mungkin ga pernah dibayangin apa yanng akan orang – orang pikirkan tentang gue. Sebagian orang menyebut gue murtad. Sebagian orang menganggap gue gila. Sebagian orang lagi menganggap gue mempermainkan agama. Gue ga gerang. Gue g

Pasar Mangga Dua, Teluk Betung

Gambar
Suatu hari dewi dan iksan berjalan-jalan dipasar untuk mengambil gambar dipasar sembari mengisi waktu luangnya. Iksan : Dew, suka banget sih foto beginian? Dewi : Lebih bermakna aja sih. Iksan : Memangnya foto lain tidak bermakna ya? Dewi : Bukan seperti itu juga sih, san. Cuma kalau foto HI itu tanpa harus kita deskripsikan lebih jauh, orang sudah bisa melihat sendiri makna dari foto tersebut. Nilai ceritanya lebih keliatan aja gitu. Iksan : Oh gitu, oke deh. Tapi dew, ada ga sih yang HInya itu tentang penjual yang cantik? Dewi : Cari aja sendiri deh san yang gituan mana gue tau san. Iksan : Cari yuk dew siapa tau kan dew ada yang seperti di sinetron-sinetron gitu yang jualannya cantik. Dewi : Iya terus tau-tau berubah jadi hantu mau? Iksan : Ih ga mau, lagian siang-siang gini ya ga ada hantu lah. Dewi : Udah deh ga usah aneh-aneh. Ini kehidupan nyata san bukan sinetron ya. Hahahaha Iksan : (Cuma manyun) Mereka terus berjalan mencari objek foto yang nant

Kalau Bukan Kita, Siapa Lagi?

Para warga di Gang Gasera, Kemiling Raya, Bandar Lampung membentuk suatu perkumpulan Remaja Islam Masjid (RISMA) yang diberi nama Gen X78. Sejak dibentuk pada tanggal 26 Agustus 2014, sedikitnya ada 30 anggota yang masih aktif sampai saat ini. Gen X78 didirikan dengan tujuan untuk memberikan wadah bertukar ilmu serta menjalin silaturahmi diantara generasi muda. Untuk kegiatan rutin, Gen X78 mengadakan yasinan setiap malam sabtu. Selain itu, disetiap acara besar seperti isra miraj, maulid nabi, ulang tahun kemerdekaan RI, dan acara besar lainnya, Gen X78 mengerahkan anggotanya untuk bergotong royong mensukseskan acara tersebut. Ketua Gen X78 Dimas Gatra Pramestha Sadewo mengapresiasi anggotanya yang masih aktif turut serta dalam setiap kegiatan. “Tidak ada salahnya meluangkan waktu satu jam untuk yasinan bareng, berdiskusi mengenai perkembangan kampung, dan saling bertukar pikiran. Kalau bukan kita yang membangun kampung ini, lantas siapa lagi?” ujarnya. Fradila Afrilia sel

Media Sosial

Hati-hati dengan pemakaian media sosial anda !!! Pelajaran penting bagi kita semua adalah pahami dengan benar setiap manfaat dan kegunaan dari media sosial itu sendiri, karena bisa jadi itu semua menjadi bumerang bagi anda dimasa yang akan datang. Ini yang terjadi sama gue. Gue termasuk pengguna lama dibeberapa akun media sosial. Dan bahkan sering berganti-ganti akun media sosial hanya karena lupa password dan dulu gue ga paham bagaimana cara memperbaikinya. Sekarang yang jadi masalahnya adalah gue lupa beberapa akun medsos itu yang didalamnya masih terdapat foto-foto gue tanpa menggunakan jilbab. Dan jelas ini bakal jadi bumerang buat gue ketika gue meninggal atau saat ini juga. Pertama, udah pasti diakhirat gue bakal diminta pertanggungjawaban. Yang kedua, bisa saja foto-foto itu disalahgunakan orang pihak yang tidak menyukai gue. Dan yang ketiga, foto-foto itu bisa menjadi fitnah terbesar untuk gue yang lagi-lagi membahayakan diri gue sendiri di dunia dan akhirat. “Lo b

Garbage

Gambar
GARBAGE ! What do you think when you hear that word? Smelly, dirty, germ, source of the disease, of course all the negative things come to your mind when you hear that word. Sometimes, I also think the same thing with you that the trash always be a problems. Especially if the trash problem isn’t resolved, it's always be a big problems. During this time in my immediate environment, almost everyone I meet, they always blame and mock the rubbish. They say if the house into a smelly, lots of flies, the environment becomes very seedy, floods occur everywhere, eventually arise diarrhea and all sorts of diseases because the garbage. Actually, if you think about it, why we always blame the garbage? Is that handy? Garbage didn’t know anything. Instead, we should blame ourselves because we never realize the consequences from what we do. More precisely, blaming our wrong life. Let's take the first example from the little thing in our life everyday. At home, we put wet trash an

GABUT

GABUT ! Kata yang digunakan oleh anak-anak sekarang yang memiliki arti, suatu keadaan dimana rasa bosan mulai menghantui karena tidak ada kegiatan atau hal yang dilakukan. Gue juga ga tau darimana kata ini berasal. Yang jelas adalah dijaman serba modern ini dengan segala kecanggihan teknologi yang ada, pembendaharaan kata pun semakin canggih. Saking canggihnya sampe gue bingung sendiri dengernya. Ngomong dibolak-balik, kata disingkat-singkat, belum lagi kalo bahasanya itu udah udah serasa paling hits sejagad antera. Oh come on, bahasa kita itu udah keren banget loh tanpa kalian menciptakan bahasa-bahasa baru yang gue juga ga tau darimana mereka menemukannya. Dan sekarang tersedia kamusnya -___- Gue ga kebayang berapa tahun lagi kalo gue punya anak dan anak gue gue anak lagi terus mereka terkontaminasi dengan bahasa-bahasa yang aduh “sesuatu luar biasa”. Dan gue nantinya sebagai ibu harus bekerja ekstra keras. Kita belajar disekolah materi bahasa indonesia aja masih banyak

MENDUNG DI LANGIT KOTAKU 2

Gambar
Beberapa hari ini gue harus menelan kesedihan karena ditinggal kakek gue. Banyak hal yang belum lakukan untuk beliau. Terutama wisuda. Akung ingin sekali mendampingi gue wisuda, tapi apa boleh buat Allah sudah berkehendak lain. Dalam cerita gue kali ini, gue gak akan bercerita banyak tentang gimana perasaan gue setelah akung pergi (karena udah pasti sedih banget tanpa harus ditanya). Gue mau mengKRITISI para pelayat yang berdatangan kerumah gue. Jadi ceritanya begini .......... Gue pulang duluan kerumah sama teman gue dan adik sepupu gue. Sesampainya dirumah gue berniat langsung masuk kamar karena gak sanggup nahan kesedihan, tetapi lain cerita. Gue malah tertahan didepan pintu kamar karena ibu-ibu yang lagi asik ngobrol. Awalnya sih memang gue gak bisa masuk kamar, jadi gue memutuskan untuk duduk aja diruang tv sambil menunggu romongan yang membawa jenazah akung pulang. Lagi keadaan bersedih dan gue bingung karena ketika gue masuk rumah kok gue merasa kayak ini bukan rum