Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Kiamatkah besok?

Gue berada dalam masa dimana yang bercadar dan berjenggot dibilang teroris, yang menjalankan sunah dibilang sok suci, sedangkan yang memamerkan aurat dipuja-puji. Dunia macam apa ini? Dulu orangtua berbangga-bangga ketika anaknya masuk pesantren, padahal anaknya gam au. Lah sekarang? Anaknya yang minta, orangtuanya tidak memperbolehkan dengan alasan sulit mencari kerja. Bapak dan ibu sehat? Dulu orangtua memperbolehkan anaknya menikah muda agar terhindar dari zina, sekarang orangtua berbangga-bangga ketika anaknya “PACARAN” dengan dokter, arsitek, pengusaha, dll. Dulu orangtua yang mengontrol anaknya supaya tidak terlalu sering hangout, sekarang anak dan orangtua saingan biar terkenal dimana-mana. Dulu komunikasi anak dan orangtua terjaga oleh interaksi social yang mereka bangun, seperti bermain bersama, berbagi pengalaman, bercerita, dll. Sekarang? Orangtua dan anak dipisahkan oleh gemerlapnya dunia. Dipisahkan oleh kesibukan dunia, diperbudak zaman, dan tak lagi sehangat dulu.

Bersatulah wahai muslim, kalian itu satu !!!

Islam itu indah. Sedangkan dunia ini terlalu kejam…. Antar saudara muslim sudah saling menyalahkan. Bahkan para ulama saling bersikeras bahwa pendapat masing-masing yang paling benar. Kita bukan orang yang baik, bukan orang yang mengerti etika, bukan orang yang jujur dalam berkata, bukan orang yang tulus dalam berbuat, dan bukan orang yang yang mengerti agama. Tetapi, apa salah ketika ingin kehidupan ini menjadi lebih baik? Apa salah ketika mencoba menjadi orang baik? Ketika Tuhan saja Maha Pemaaf, justru umat-Nya yang bertindak seolah mereka hakim yang paling adil. Ini yang agama ajarkan? Ini yang Tuhan perintahkan untuk memperolok saudara muslimnya yang ingin hijrah, menghina saudaranya ketika bersalah? Tidak lelah ketika diantara kita saling menjatuhkan dibelakang, diantara kita saling menebar kebencian, diantara kita saling membongkar keburukan, diantara kita saling menyalahkan, dan masih banyak lagi masalah yang muncul akibat budaya “JUDGED”. Padahal, perbedaanlah yan

Holiday part 2 - Jakarta

Gambar
Okey, hari ini gue mau review liburan gue selama seminggu di Jakarta✌ Gue bangun kesiangan dan Mas Agung jadi harus kebjut-kebutan dijalan supaya gue ga ketinggalan pesawat (jangan ditiru). Sampe bandara lancar, penerbangan lancar, yang ga lancar itu yang jemputnya. Jam 8 lewat gue udah sampe di Bandara Soekarno – Hatta dan Irsyadi Prasetyo janji mau jemput gue dibandara. Ternyata dia juga kesiangan dan akhirnya gue harus nunggu lama di bandara. Karena gue ga sabar akhirnya gue minta untuk ketemu aja dimana biar gue keluar dari bandara naik taksi. Dan yang ngeselinnya adalah, dia nyuruh gue nunggu di Bintaro Plaza yang jelas-jelas jauhhhh banget dari tempat tinggal dia di Jakarta Selatan. Biaya akomodasi dari bandara ke Bintaro Plaza Rp. 115.000,- belum termasuk tol yang harus gue bayar. Total kurang lebih Rp. 150.000,- dengan penjalanan setengah jam. Setengah 9 pagi gue udah sampe di Bintaro Plaza dan gue udah aneh gitu dengan tas gunung dan sepatu tracking nyangkut

Gudang Lelang, 23 Juli 2017

Gambar
Foto ini diambil waktu gue lagi jalan-jalan ke gudang lelang sama Mas Dhani dan teman-temannya. Kira-kira foto diambil sekitar pukul 5 (lima sore). Niatnya sih memang cari objek human interest (salah satu genre fotografi) dan karena perginya rame-rame dan gue paling ga bisa noh yang namanya ngambil foto rame-rame, jadinya ga banyak momen yang ditangkap sama kamera gue. Terus gue ngapain? Gue malah sibuk memperhatikan temen-temen gue ngabadikan momen yang ada 😆 Foto diatas menggambarkan beberapa pengunjung yang sedang mencari ikan. Berhubung yang mau gue tangkap adalah mataharinya, jadi gue ga terlalu fokuskan gambar ke orang difoto tersebut. Jangan salahkan angle, seni itu tidak ada yang salah dan benar. Setiap orang punya pandangannya sendiri terkait sebuah hasil seni. Dan masalah miringnya gambar/foto, maafkan gue masih dalam proses belajar. Difoto yang kedua ini, ada seorang bapak dan kedua anaknya yang sedang menikmati senja dipinggir pelabuhan. Ces, ga ada jarak banget

Jadi bisa apa?

Jadi ceritanya sore ini gue main ke masjid sepulang kuliah karena ingin lihat anak-anak kecil ngaji. Terus ada yang nanya sama gue, “Umi, kok kerudung umi panjang banget?”. Gue diem dan gue berfikir sejenak gimana gue jawab pertanyaan mereka. Kalau gue bilang, “seharusnya memang seperti ini” kan ga mungkin. Nanti sampai rumah mereka ngomen ibu mereka atau saudara perempuan mereka untuk pake jilbab besar. Ya sebetulnya baik sih, tapi nanti gue disangka ajaran aneh-aneh. Apalagi buat masyarakat jaman sekarang yang serba mengikuti trend, mengenakan jilbab panjang dan besar menjadi sesuatu yang tidak biasa. Dulu gue adalah seorang gadis yang tomboy. Kemanapun memakai celana jeans, sepatu kets, dan kemeja atau kaos. Kemudian gue kena sentil sama Allah hihi. Allah membuka mata gue untuk melihat lebih dalam mengenai islam. Akhirnya gue ya sedikit-sedikit berubah jadi power puff girl. Eh jadi lebih baik, insyaAllah. Ya meskipun masih sedikit gacor diucapan hihi. Dan itu membuat keluarga g

Mendung di langit Kotaku 4

Gue terlahir dari keluarga sederhana di tengah padatnya penduduk ibu kota. Hari – hari gue berjalan seperti pada umumnya remaja usia 19 tahun. Tapi mungkin ada yang membedakan. Mereka bahagia sedangkan gue, tidak. Bukan karena materi atau kasih sayang, tetapi karena sesuatu yang gue sebut keyakinan. Gue tumbuh dimana, orangtua gue kurang mengajarkan tentang agama. Mengerjakan yang kurang gue yakini. Terperosok dalam pergaulan jaman sekarang. Glamor, bebas, dan tidak mau di atur. Setengah dari anggota keluarga gue beragama Islam, dan setengah lagi beragama Kristen. Suatu ketika gue ngerasa hampa. Apapun yang gue mau, semua terpenuhi. Apapun yanggue inginkan, bebas gue lakukan. Gue tetap tidak bahagia. Maka, gue putuskan, “Gue, harus mencari Tuhan !” Mungkin ga pernah dibayangin apa yanng akan orang – orang pikirkan tentang gue. Sebagian orang menyebut gue murtad. Sebagian orang menganggap gue gila. Sebagian orang lagi menganggap gue mempermainkan agama. Gue ga gerang. Gue g

Pasar Mangga Dua, Teluk Betung

Gambar
Suatu hari dewi dan iksan berjalan-jalan dipasar untuk mengambil gambar dipasar sembari mengisi waktu luangnya. Iksan : Dew, suka banget sih foto beginian? Dewi : Lebih bermakna aja sih. Iksan : Memangnya foto lain tidak bermakna ya? Dewi : Bukan seperti itu juga sih, san. Cuma kalau foto HI itu tanpa harus kita deskripsikan lebih jauh, orang sudah bisa melihat sendiri makna dari foto tersebut. Nilai ceritanya lebih keliatan aja gitu. Iksan : Oh gitu, oke deh. Tapi dew, ada ga sih yang HInya itu tentang penjual yang cantik? Dewi : Cari aja sendiri deh san yang gituan mana gue tau san. Iksan : Cari yuk dew siapa tau kan dew ada yang seperti di sinetron-sinetron gitu yang jualannya cantik. Dewi : Iya terus tau-tau berubah jadi hantu mau? Iksan : Ih ga mau, lagian siang-siang gini ya ga ada hantu lah. Dewi : Udah deh ga usah aneh-aneh. Ini kehidupan nyata san bukan sinetron ya. Hahahaha Iksan : (Cuma manyun) Mereka terus berjalan mencari objek foto yang nant

Kalau Bukan Kita, Siapa Lagi?

Para warga di Gang Gasera, Kemiling Raya, Bandar Lampung membentuk suatu perkumpulan Remaja Islam Masjid (RISMA) yang diberi nama Gen X78. Sejak dibentuk pada tanggal 26 Agustus 2014, sedikitnya ada 30 anggota yang masih aktif sampai saat ini. Gen X78 didirikan dengan tujuan untuk memberikan wadah bertukar ilmu serta menjalin silaturahmi diantara generasi muda. Untuk kegiatan rutin, Gen X78 mengadakan yasinan setiap malam sabtu. Selain itu, disetiap acara besar seperti isra miraj, maulid nabi, ulang tahun kemerdekaan RI, dan acara besar lainnya, Gen X78 mengerahkan anggotanya untuk bergotong royong mensukseskan acara tersebut. Ketua Gen X78 Dimas Gatra Pramestha Sadewo mengapresiasi anggotanya yang masih aktif turut serta dalam setiap kegiatan. “Tidak ada salahnya meluangkan waktu satu jam untuk yasinan bareng, berdiskusi mengenai perkembangan kampung, dan saling bertukar pikiran. Kalau bukan kita yang membangun kampung ini, lantas siapa lagi?” ujarnya. Fradila Afrilia sel